KONTAMINASI
ETILEN GLIKOL PADA SEDIAAN SIRUP MENGECAM REPUTASI DUNIA KEFARMASIAN
Biro
Advokasi dan Kesejahteraan Mahasiswa Kabinet Flavia Fanya
Badan
Eksekutif Mahasiswa Fakultas Farmasi
Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Sediaan
Sirup merupakan sediaan cair yang berupa larutan yang ditandai dengan rasa
manis dengan kandungan sukrosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari
66,0%. Sediaan sirup memiliki banyak keuntungan selain sangat mudah dalam
pemakaiannya, terutama pada anak kecil. Sediaan sirup merupakan salah satu
sediaan yang lebih cepat diabsorbsi dalam saluran cerna, sehingga efek
terapeutik yang didapatkan oleh pasien akan lebih maksimal. Tetapi tidak semua
obat dapat dibuat dalam bentuk sediaan larutan karena beberapa bahan bersifat
tidak stabil dalam larutan.
Akhir-akhir ini dunia digemparkan
oleh kasus cemaran etilen glikol pada sediaan sirup yang dapat mengakibatkan
gagal ginjal akut. Kasus ini tentunya menjadi perbincangan yang hangat dan
menimbulkan pro kontra di kalangan masyarakat, dimulai regulasi yang
dikeluarkan pemerintah dalam hal memberhentikan peredaran semua jenis obat
sediaan sirup di apotik hingga penarikan peredaran beberapa sediaan sirup yang
dicurigai mengandung cemaran etilen glikol. Lantas bagaimana tanggapan WHO
mengenai ini, apakah dengan adanya kasus ini akan menjadi suatu tanda bahwa
sediaan obat sirup nantinya tidak lagi digunakan dalam dunia kesehatan?.
Kasus ini bermula pada tanggal 5
Oktober 2022 dengan dirilisnya informasi dari WHO mengenai ditemukannya senyawa
zat kimia yang dapat mengakibatkan terjadinya kematian 66 anak di Gambia pada 4
jenis sirup buatan Meiden Pharmaceuticals
Limited asal India. Empat obat batuk pilek yang dikaitkan dengan kematian
66 anak di Gambia adalah Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough
Syrup, Makoff Baby Cough Syrup dan Magrip N Cold Syrup. Rupanya WHO menemukan
adanya cemaran ethylene glycol (EG) dan diethylene glycol (DEG)
dalam beberapa sediaan tersebut. BPOM kemudian menyatakan bahwa setelah
ditelusuri, keempat produk tersebut tidak terdaftar di Indonesia dan hingga
saat ini tidak ada produk dari produsen Meiden
Pharmaceuticals Limited yang terdaftar di BPOM sehingga tidak beredar di
Indonesia. Terdapat 189 kasus gagal ginjal akut progresif atipikal di Indonesia
yang didominasi oleh anak usia 1 - 5 tahun. Kasus meningkat pesat selama 3
bulan terakhir dari bulan sebelumnya. Melihat kondisi tersebut, Kementerian
Kesehatan mengeluarkan surat edaran nomor SR.01.05/III/3461/2022 perihal
Kewajiban Penyelidikan Epidemiologi dan Pelaporan Kasus Gangguan Ginjal Akut
Atipikal (Atypical Progressive Acute
Kidney Injury). Dalam surat edaran tersebut, terdapat 9 rekomendasi yang
diminta oleh Kemenkes dan salah satunya adalah meminta seluruh apotek untuk
sementara tidak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk sirup
kepada masyarakat sampai dilakukan pengumuman resmi dari pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Menanggapi terkait hal ini,
Kemenkes bersama dengan BPOM, IDAI, dan pihak lainnya menganalisis dan
menginvestigasi untuk menemukan solusinya. BPOM mengumumkan 5 produk obat sirup
di Indonesia yang berbahaya karena mengandung ethylene glycol (EG)
melampaui ambang batas. Dilansir dari laman resmi BPOM RI, kelima produk itu di
antaranya Termorex Sirup (obat demam), Flurin DMP Sirup (obat batuk dan flu),
Unibebi Cough Syrup (obat batuk dan flu), Unibebi Demam Sirup (obat demam), dan
Unibebi Demam Drops (obat demam). BPOM telah mengeluarkan daftar sejumlah 133
obat sirup yang disebut aman dari cemaran etilen glikol (EG) dan dietilen
glikol (DEG). Disusul juga, bahwasannya pemerintah menemukan obat yang relevan
untuk mengatasi gagal ginjal akut pada anak, yaitu fomepizole yang didatangkan
dari jepang. Tepat 5 November 2022 tercatat terdapat 324 kasus, yang terdiri
dari 27 kasus dalam perawatan, 195 meninggal, dan sembuh 102 kasus. Kabar
baiknya tidak ada lagi kabar bertambahnya kasus gagal ginjal akut hingga 6
November 2022.
Sebelum lebih jauh membicarakan
kasus ini, akan lebih baiknya kita mengenal apa itu etilen glikol atau kerap
disebut EG yang diduga sebagai zat yang menimbulkan cemaran pada sediaan sirup.
Etilena glikol (EG) adalah salah satu dari beberapa alkohol beracun yang digunakan
untuk tujuan pengobatan dan toksikologi. Fakta yang mengejutkan bahwasannya
etilen glikol ini tidak hanya digunakan sebagai bahan obat oral, namun juga
sebagai cairan pompa hidrolik, tinta stamp pad, pena, pelarut, cat, plastik,
film, dan kosmetik. Hal ini dikarenakan etilen glikol dapat melarutkan sebagai
pelarut, antimikroba sebagai pengawet, dan desinfektan. Selain itu, etilen
glikol juga digunakan di Amerika Serikat sebagai bahan utama hampir semua
produk pendingin. Fungsinya untuk menaikkan titik didih dan menurunkan titik
beku (defrost) cairan pendingin yang beredar melalui radiator mobil. Dari sini
kita dapat melihat bahwa etilen glikol bukanlah bahan alami untuk konsumsi
manusia. Etilena glikol adalah bahan kimia yang tidak berwarna, tidak berbau,
dan berasa manis. Namun bahan-bahan tersebut bersifat racun jika tertelan dan
terserap ke dalam tubuh. Terjadinya keracunan etilen glikol karena mengandung antifreeze dalam suatu pendingin yang
biasanya digunakan pada radiator mobil. Dietilen glikol (dietilen glikol)
memiliki sifat yang tidak jauh berbeda dengan etilen glikol. Pada dasarnya,
dietilen glikol merupakan gabungan etilen glikol yang tingkat racunnya lebih
rendah daripada etilen glikol. Dietilen glikol sering digunakan dalam produk
rumah tangga. Namun, zat ini juga dapat digunakan sebagai pelarut sirup medis
untuk menggantikan gliserin karena lebih murah.
Etilen Glikol (EG) merupakan
kontaminan dan seharusnya tidak ada di dalam sirup ataupun di dalam sediaan
obat. Misalnya jika menggunakan Propilen glikol atau gliserin, maka adanya
kontaminan etilen glikol (EG) atau dietilen glikol (DEG) hanya maksimal 0,1
persen. Perlu
ditekankan bahwa propilen glikol tidak berbahaya selama konsumen memenuhi ADI (Acceptable
Daily Intake) atau dosis perhari yang dapat diterima tubuh. Namun,
berdasarkan temuan BPOM tentang cemaran etilen glikol mencapai 99 persen. Hal
ini berarti etilen glikol sudah bukan dianggap cemaran, melainkan kosolven
dalam obat dan dengan jumlah yang begitu besar memang tidak diperbolehkan. Etilen
Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) bukanlah komposisi obat, tetapi cemaran
atau disebut sebagai kontaminan dari bahan baku obat, yaitu kontaminan dari
propilen glikol, polietilen glikol atau kontaminan dari sorbitol dan juga
gliserin
Tentunya menjadi pertanyaan bagi
kita semua, bagaimana etilen glikol dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Jadi,
etilen glikol di dalam tubuh tentunya akan mengalami metabolisme dalam hati
kemudian menjadi asam glikolat. Jika terjadi penumpukan di dalam darah, maka
dapat mengakibatkan suasana darah menjadi asam yang dapat menyebabkan mual dan
sesak napas. Belum berakhir sampai disitu, asam oksalat akan diubah lagi
menjadi kalsium oksalat, kalsium oksalat inilah yang menjadi pemicu
terbentuknya batu ginjal. Kalsium Oksalat tersebut jika mengkristal akan
membentuk ujung yang runcing yang dapat melukai organ ginjal sehingga dapat
menyebabkan gagal ginjal. Jika seseorang terdehidrasi, maka pembentukan Kalsium
Oksalat dapat semakin cepat dan banyak.
Pada 31 Oktober 2022, pemerintah
mendatangkan fomepizole dari jepang sebagai obat dalam mengatasi gagal ginjal
akut anak yang disebabkan karena etilen glikol. Fomepizole atau 4-methylpyrazole merupakan obat yang
disetujui oleh FDA pada tahun 1997 dan merupakan satu-satunya zat yang
disetujui untuk antidotum bagi kasus keracunan etilen glikol. Fomepizole tidak
hanya digunakan untuk keracunan etilen glikol namun juga berfungsi untuk
mengobati kasus keracunan metanol yaitu dengan menghambat pemecahan zat menjadi suatu metabolit yang bersifat
toksik aktif. Fomepizole merupakan inhibitor kompetitif bagi enzim alkohol
dehidrogenase di hati yang merupakan sumber utama zat yang digunakan untuk
metabolisme etilen glikol dan metanol.
IAI meminta
pemerintah lebih bijak dalam pengawasan obat, hal ini mengingat masih banyak
masyarakat yang membutuhkan sediaan sirup dalam proses pengobatan berkaitan
dengan kondisi klinis yang mereka hadapi. Anggota dewan pakar PP IAI lestari
menyampaikan bahwa kemenkes dan BPOM belum memiliki kesimpulan penyebab pasti
gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak di indonesia, sebab ditemukan
pasien yang sama sekali tidak mengkonsumsi obat sirup parasetamol. Berbeda
dengan kejadian di Gambia yang sudah dipastikan penyebab gagal ginjal akut itu
berasal dari obat sirup yang terkontaminasi etilen glikol (EG) atau dietilen
glikol (DEG) dalam dosis yang melebihi ambang batas keamanan. Kasus ini masih
terus dilakukan penelitian lebih lanjut, karena ada kemungkinan penyebab
lainnya adalah interaksi antar obat maupun obat dengan makanan, dll. Di samping
itu, masyarakat juga perlu memahami sediaan obat selain sirup. Untuk
menindaklanjuti kasus ini IAI telah menerbitkan surat edaran yang ditujukan
kepada para pengurus daerah IAI atau para apoteker di Indonesia, dengan nomor
B2-382/PP.IAI/2226 pada tanggal 19 Oktober 2022. Diharapkan agar para apoteker
lebih memperhatikan interaksi obat dan juga makanan. Interaksi ini beresiko
menimbulkan atau memperparah kondisi gagal ginjal akut. Sampai pada tanggal 2
November, Kemenkes merilis daftar obat sirup yang mengandung etilen glikol dan
dietilen glikol, yaitu :
- Flurin DMP Sirup dari PT
Yarindo Farmatama
- Unibebi Demam Syrup 60 ml dari PT Universal Pharmaceutical Industries
- Unibebi Demam Drops 15 ml dari PT Universal Pharmaceutical Industries
- Unibebi Cough Syrup 60 ml dari PT Universal Pharmaceutical Industries
- Paracetamol Drops dari PT Afi Farma Pharmaceutical Industries
- Paracetamol Sirup Rasa
Peppermint dari PT Afi Farma Pharmaceutical
Industries
- Vipcol Sirup dari PT Afi Farma Pharmaceutical Industries
Gagal ginjal akut yang disebabkan
oleh cemaran etilen glikol pada sediaan sirup merupakan kasus yang perlu kita
perhatikan. Hal ini dikarenakan tingginya kasus pada tiga bulan terakhir ini
menimbulkan kekhawatiran bagi kita semua. Terlebih kita ketahui bahwasannya
sediaan sirup merupakan sediaan yang banyak dipasarkan dan banyak dikonsumsi
terutama bagi anak-anak. Dari kasus ini tentunya menjadi suatu tantangan bagi
dunia kefarmasian terutama seorang apoteker untuk menciptakan suatu sediaan
yang lebih aman dan mudah dikonsumsi. Apoteker juga lebih menekankan lagi
perannya dalam pengawasan peresepan, peracikan, dan pendistribusian obat.
Sebagai mahasiswa, tentunya kita juga dapat memberikan peran dengan memberikan
edukasi terkait kasus ini terhadap masyarakat. Sehingga nantinya masyarakat
dapat lebih bijak dalam menanggapi isu ini dan meningkatkan pemahaman mengenai
kasus gagal ginjal akut pada anak. Harapannya kasus-kasus seperti ini tidak
akan terjadi lagi dan pengawasan mengenai produksi obat menjadi diperketat.
Daftar Pustaka
Arief
Maulana.2022. “Mengapa Dietilen Glikol dan Etilen Glikol Memicu Gagal Ginjal?”.
Mengapa Dietilen
Glikol dan Etilen Glikol Memicu Gagal Ginjal? – Universitas Padjadjaran
(unpad.ac.id) diakses pada 21 November 2022.
Citra
Larasati. 2022” Etilen Glikol dan Dietilen Glikol di Obat Sirop Aman Dalam
Kadar Tertentu? Ini Faktanya.”
https://www.medcom.id/pendidikan/riset-penelitian/4KZPvjgb-etilen-glikol-dan-dietilen-glikol-di-obat-sirop-aman-dalam-kadar-tertentu-ini-faktanya diakses pada 21 November 2022.
Dirjen POM.
1979. Farmakope Indonesia”
http://repository.uam.ac.id/id/eprint/50/1/Jurnal%20Djelang%20-%20Formulasi.pdf diakses pada 21 November 2022
Farmasetika.com.
2022. “66 Anak Meninggal, WHO Larang Penggunaan Obat Batuk Produksi India”
66 Anak Meninggal, WHO
Larang Penggunaan 4 Obat Batuk Produksi India – Info Farmasi Terkini Berbasis
Ilmiah dan Praktis (farmasetika.com) diakses pada 21 November 2022.
Farmasetika.com.
2022. ”Mengenal Fomepizole: Antidotum Penawar Etilen Glikol, Cegah Gagal Ginjal”
https://farmasetika.com/2022/10/22/mengenal-fomepizole-antidotum-penawar-etilen-glikol-cegah-gagal-ginjal/ diakses pada 21 November 2022.
Farmasetika.com.
2022. “Terkait Gangguan Ginjal Kemenkes Minta Apotek Tak Jual Dulu Obat Bentuk
Sirup”
Terkait Gangguan
Ginjal, Kemenkes Minta Apotek Tak Jual Dulu Obat Bentuk Sirup – Info Farmasi
Terkini Berbasis Ilmiah dan Praktis (farmasetika.com) diakses pada 21 November 2022.
Jawapostv.
2022. “BPOM Umumkan Obat Sirop Mengandung Cemaran EG dan DEG, Ini Daftarnya”
BPOM Umumkan Obat
Sirop Mengandung Cemaran EG dan DEG, Ini Daftarnya (jawapos.com) diakses pada 21 November 2022.
Kemenkes.
2022. “Tidak ada Penambahan Kasus GGAPA”
Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia (kemkes.go.id) diakses pada 21 November 2022.
Kompas.com.
2022. “IAI Minta Pemerintah Lebih Bijak Soal Larangan Obat Sirup”
https://nasional.kompas.com/read/2022/10/21/13575511/iai-minta-pemerintah-lebih-bijak-soal-larangan-obat-sirup diakses pada 21 november 2022.
Maryati.
2022. “Gagal Ginjal Akut Dilaporkan Seorang Anak Usia 6 Bulan Sampai 18 Tahun”
Gagal ginjal akut
dilaporkan serang anak usia 6 bulan sampai 18 tahun (yahoo.com) diakses pada 21 November 2022.
Muhammad
Taufiq. 2022 “Apa Itu Etilen Glikol dan Dietilen Glikol, Kimia Perusak Ginjal
Pada Obat Sirop Anak”
https://jatim.suara.com/read/2022/11/03/083500/apa-itu-etilen-glikol-dan-dietilen-glikol-kimia-perusak-ginjal-pada-obat-sirop?page=2 diakses pada 21 November 2022.
Tjay, T. H.,
dan Rahardja, K., 2002. “ Obat-Obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek
Sampingnya”
http://eprints.ums.ac.id/12664/2/BAB_1.pdf diakses pada 21 November 2022
Tribun
Health.com. 2022 “Etilen Glikol (EG) dan Dietilen Glikol (DEG) Bukan Bahan Baku
Obat, Melainkan Kontaminan”
https://health.tribunnews.com/2022/10/25/etilen-glikol-eg-dan-dietilen-glikol-deg-bukan-bahan-baku-obat-melainkan-kontaminan diakses pada 21 November 2022.
0 Response:
Post a Comment